Selasa, 23 Juli 2013

HIM

Aku masih termangu di balik jendela kamarku. Menatap kosong ke arah langit yang  memang sedang gerimis. Bau alam menyeruak masuk ke indera penciumanku. Khas sekali. Aku masih menanti akan adanya matahari yang mungkin masih ingin memberikan secercah silaunya kepadaku. Ada alasan mengapa aku melakukan hal yang mungkin kebanyakan orang menganggap ini tak berguna. Menghabiskan waktu saja memang.

Pelangi.

Aku menantinya. Sebuah sketsa lengkungan garis yang berwarna-warni itu. Aku menantinya. Berharap gerimis inilah yang mengantarkanku pada pelangi itu. Entahlah, aku menyukai sekaligus membenci suasana seperti itu. Sekali lagi, ada alasan dibalik semua itu. Akhirnya aku memutuskan untuk beranjak keluar. Ku ambil payung bermotif sakura itu dan ku buka pintu rumah sederhana ini. Angin di luar cukup membuatku sedikit bergetar. Ku eratkan cardigan yang ku pakai dengan harapan dapat memberikanku kehangatan yang lebih.

Jalanan yang lengang akibat gerimis membuatku menikmati perjalananku menuju suatu tempat yang_________mengingatkanku akan dia. Dia yang selalu mengajaku menyaksikan  pelangi sehabis hujan ataupun gerimis. Dia yang membuatku selalu tertawa karena kebodohan yang dilakukannya. Dan dia juga yang sekarang membuatku menjadi wanita yang seakan bosan hidup saja, tatapan kosong, senyuman hambar. Aku rasa aku tak mampu lagi membedakan antara tawa dan tangis. Bagiku sama saja. Kata-kata bahagia sudah ku buang jauh-jauh dari kehidupanku semenjak dia pergi.

Kakiku masih saja melangkah, seperti tau akan tempat yang ingin ku tuju. Ah, mungkin kakiku hafal bahkan bosan membawaku kemari. Aku masih menanti, menantinya. Dua tahun lalu ia berjanji padaku akan menemuiku disini. Tapi, mana? Dia tak pernah datang. Apa dia berbohong padaku? Mataku sudah terlalu kering. Aku rasa air mataku sudah terkuras habis untuknya. Ya. Hanya untuknya. Memori-memori yang selalu terputar diingatanku bagai film favoritku yang ku putar setiap waktu.

Bisakah aku bertemu denganya? Aku hanya ingin mengatakan bahwa, aku sangat mencintainya. Bisakah Kau kembalikan dia padaku? Sebentar saja Tuhan. Mengapa Kau mengambil dia secepat ini? Di saat aku mencintainya.

Tuhan. Aku merindukannya.

-END-


Huahahaha *evillaugh* kok saya bisa bikin cerita se-meloooow dan sehancur ini -____- ckck


Tidak ada komentar:

Posting Komentar