Selasa, 30 Juli 2013

THIS MARRIAGE IS PAINFUL

Title:  This Marriage is Painful
Genre: Romance, Hurt
Length: Oneshot
Cast : Lee Yeon Woo (OC), Kim Jong Woon, Lee Donghae



Story begin__

'Aku sadar, aku bukanlah siapa-siapamu yang harus kau buat bahagia, kau berikan senyummu. Bahkan aku bukanlah seseorang yang pantas untuk bersanding  dialtar denganmu. Aku sadar betul itu. Tapi bukankah aku juga manusia yang layak untuk mendapatkan cinta yang sama, seperti yang kau berikan padanya? Tak bisakah kau membuka hatimu dan memberikan sedikit perhatianmu padaku? Walaupun kau tak menganggapku sebagai istrimu, setidaknya tak bisakah kau menghargaiku sebagai seorang wanita yang hidup bersamamu?'

'Jika aku boleh memilih antara aku yang bahagia atau aku yang tersakiti seperti sekarang. Aku lebih memilih kebahagiaanmu. Karena itu yang terpenting untukku dibandingkan dengan kebahagiaanku yang hanya membuatmu sakit. Tidak peduli siapapun orang yang membuatmu bahagia, jika kau bahagia maka aku akan tetap bahagia untukmu. Tidak peduli seberapa banyak air mata yang akan terkuras habis, aku akan tetap bahagia jika kau bahagia.'

'Tuhan yang telah menulis takdir cintaku, biarlah Tuhan juga yang menentukan bagaimana akhir cintaku nanti. Soal menyedihkan atau menyenangkan akhirnya, itu semua masa bodoh! Aku tidak peduli. Yang terpenting, aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Walau kau tak pernah mencintaiku, aku akan tetap mencintaimu sampai batas kemampuanku, sampai jantung ini tak sanggup lagi berdetak dan merasakan getaran hebat seperti ketika awal aku melihatmu dan sampai saat itu aku tak akan pernah mengharap balasanmu. Karena cintaku itu, tak membutuhkan imbalan apapun.'



Story begin…

Kau adalah namja populer yang banyak digandrungi yeoja ditiap angkatan disekolah. Tak ada suatu kekurangan padamu. Bagiku, kau itu namja yang paling sempurna yang pernah ada didunia ini. Walau sesungguhnya Tuhan lebih sempurna darimu.

Aku hanyalah gadis biasa. Gadis dengan kacamata yang selalu menggantung dihidungku. Aku juga tidaklah sepopuler dirimu dan tidak semenarik gadis- gadis yang ada disekitarmu. Aku hanyalah satu diantara puluhan yeoja disekolah yang juga menyukaimu.

Setiap jam istirahat tiba, aku selalu buru- buru untuk keluar dari kelas dan langsung menuju kekantin. Stay ditempat biasa, hanya agar bisa memandangimu dari jarak yang lebih dekat. Kau selalu duduk ditempat yang sama, memesan makanan yang sama,hingga aku mulai tahu dan terbiasa dengan kebiasaanmu itu.

“Yeon Woo, apa kau tak bosan hanya melihatnya dari sini saja? Cepat, nyatakan perasaanmu!”

Terlalu sering temanku, mengatakan hal yang seperti ini padaku. Mungkin hampir setiap jam mereka mengatakannya. Mereka tidak tahu, menyatakan perasaan itu tak semudah yang mereka pikirkan. Apalagi, aku yang notabennya adalah seorang yeoja biasa. Mana mungkin, seorang Kim Jong Woon yang populernya bukan main itu, mau dengan yeoja sepertiku?
Bagiku, itu sangat mustahil!
*


2 Tahun berlalu, aku masih menyimpan rapat-rapat perasaanku ini padamu tanpa berani mengungkapkannya. Dari mulai awal aku masuk ke sekolah menengah atas tingkat pertama, hingga kini aku sudah berada di tingkat dua, dan kau satu tingkat diatasku.

Kim Jong Woon, terlalu sering bertemu denganmu semakin membuat perasaanku ini meluap- luap tak terkontrol. Aku rasa aku sudah benar-benar jatuh cinta padamu. Tidak ada yang lain. Hanya kau seorang. Kau selalu membuatku berdebar ketika tak sengaja kita saling bertatap mata dan kau tersenyum padaku. Aku berjanji, seumur hidupku aku akan terus mengumpulkan dan mengingat semua senyum yang pernah kau berikan padaku.

Hingga suatu saat, tak sengaja aku melihatmu yang sedang sendiri termenung menatap kearah sungai han yang airnya berkilauan bagaikan berlian akibat pantulan sinar matahari kala itu. Donghae, temanku yang saat itu juga bersamaku mendorongku untuk segera menemuimu yang seorang diri itu. Dia menyuruhku untuk lekas menyatakan perasaanku. Saat itu, aku ragu…

Tapi, belum sempat aku melakukan aksiku itu... tiba-tiba saja seorang yeoja cantik datang padamu. Memeluk pinggangmu, mencium bibirmu, dan kau pun dengan senang hati membalas perlakuannya itu. Kau tersenyum padanya, tertawa bersamanya, bercanda bersamanya.  



Inikah akhir penantianku?
Tepat saat itu juga aku sadar, bahwa kau bukanlah milikku~ dan mungkin aku tak akan pernah bisa memilikimu.
Ternyata selama ini aku hanya membuang waktuku percuma, dengan menyukai seorang namja yang ternyata sudah memiliki orang lain yang dicintainya.

Donghae, mungkin dia merasa kasihan padaku. Dia memelukku, dan kutumpahkan semua kekecewaanku padanya. Tapi, perlakuannya dengan mengasihaniku seperti itu seolah malah membuatku merasa seperti yeoja yang sangat menyedihkan didunia. Namun, apakah harus aku meratapi kesedihanku terus-menerus?

Semenjak kejadian itu, kau masih namja yang sama seperti yang kukenal sebelum-sebelumnya. Tapi, aku bukanlah yeoja yang sama seperti waktu itu. Semenjak kejadian itu pula, kau tahu? Aku telah berubah menjadi sosok gadis yang memiliki goresan luka kecil yang menganga dihatiku dan hanya memiliki sedikit harapan agar luka itu bisa sembuh. Sosok gadis yang takut jatuh cinta dan patah hati untuk kedua kalinya.
Begitulah diriku jadinya~
***


Suatu ketika, ayah dan juga ibu mengajaku kesebuah restoran mewah yang jarang sekali kami berkunjung kesana bersama-sama seperti ini. Ibu juga merekomendasikan sebuah baju untuk aku kenakan sebelum pergi ketempat itu. Semuanya terasa aneh karena jarang sekali mereka memperhatikanku seperti ini.

Kami duduk disebuah meja yang telah dipesan khusus oleh ayah. Mejanya cukup besar, dan juga masih ada beberapa kursi yang kosong. Apa ayah juga mengundang seseorang untuk makan bersama? Tanyaku yang ditanggapi dengan senyuman penuh dengan kewibawaannya oleh ayah.

Tak menunggu waktu lama, seorang namja dan yeoja paruh baya datang kemeja tempat kami berada. Ayah memberi salam kepada mereka dan mempersilahkan mereka untuk duduk.
Obrolan singkat diantara merekapun terjadi dan membatku sedikit jenuh.

Hingga tiba-tiba aku melihat sosok yang sangat kukenal mendekat kearah kami. Sesosok namja dengan perawakan tinggi dan rambutnya yang hitam pekat.


Kau, Kim Jong Woon...


Kau datang memberi salam, dan langsung duduk tepat dikursi yang berhadapan denganku.
Wajahmu kusut, tak seperti biasa yang selalu terlihat ceria ketika bercanda bersama teman-temanmu disekolah. Juga tak seperti ketika kau bertemu dengan gadismu kala itu. Tak ada segaris senyumpun muncul diwajah tampanmu. Tak seperti Jong Woon yang aku kenal. Sampai  semuanya begitu jelas ketika orang tua kita menyebutkan kata Perjodohan.

Ya, perjodohan kita…
 Orang tua kita, sibuk membahas tentang rencana perjodohan ini. Kau hanya termangu ditempatmu, begitu juga aku.

Jadi, apa karena itukah  kau bersedih? Apakah kau tak senang jika orang itu adalah aku?
Sampai saat makan bersamapun, kau hanya mengaduk-aduk mangkuk supmu tanpa mau memakannya. Ketika tak sengaja mata kita bertemu, tiba-tiba kau langsung beranjak dari tempatmu dan berjalan kearah tempatku duduk. Kau menggengam lenganku dan menarikku kesuatu tempat.

“Kumohon, bisakah kau menentang perjodohan ini bersamaku? Kita tidak saling kenal, aku juga tak memiliki perasaan apapun padamu. Aku tahu kau juga. Maka dari itu, bantu aku untuk membatalkannya? Bagaimana?”

Kau salah Kim Jong woon. Kau salah besar jika mengatakan aku tak memiliki perasaan khusus padamu.
Justru, perasaanku padamu malah sudah meluap-luap. Bahkan kantung cinta dihatikupun sudah tak sanggup untuk menampungnya lagi.

Maafkan aku…
Maaf karena aku yang tak dapat menolak perjodohan ini meskipun kau memohon padaku. Aku tak dapat menyangkal keinginan orang tua kita. Jujur aku sangat senang, ini semua adalah keinginanku sejak dulu. Aku senang bisa hidup bersamamu, selalu disampingmu~ walaupun ini bukan keinginanmu… sungguh aku minta maaf.
***


1 Tahun setelah kelulusanku, kita menikah. Hari yang sangat membahagiakan bagiku karena akan memulai kehidupan baru bersamamu. Walau kau terlihat tak senang dengan pernikahan ini, tapi aku yakin lambat laun pasti kau akan bisa untuk menerima semuanya. Seperti didalam drama, Cinta akan tumbuh karena terbiasa… . Sempat aku memegang teguh ungkapan ini. Kupikir semuanya akan berjalan dengan indah.

Tapi, sepertinya itu tak akan pernah terjadi. Kau benar-benar tak mau denganku. Bahkan ketika menginjakkan kaki dirumah pemberian ayah saja, kau sudah memilih untuk tidur dikamar khusus tamu dan menyuruhku untuk tetap berada dikamar utama kita. Kamar yang setidaknya sedikit bisa mendekatkan antara kau dan aku yang mungkin akan membuat sebuah ‘keterbiasaan’, seperti ungkapan yang sangat aku pengang teguh itu.



Aku menuruti kata-katamu, dan membiarkanmu untuk tidur dikamar tamu itu. Awal bahagia yang aku impikan seketika lenyap dan kembali  menjadi kesedihan yang lagi-lagi merobek luka dihatiku yang tadinya mulai tertutup. Menangis… seperti saat itu. Tak ada yang dapat aku perbuat. Mungkin aku adalah pengganggu untukmu. Mungkin aku ini hanyalah noda kecil yang telah menghancurkan kehidupanmu.
Benarkan Kim Jong Woon?

Setiap hari, aku sengaja bangun pagi-pagi dan memulai tugasku sebagai seorang istri yang berbakti kepada suaminya. Menyiapkan kemeja dan jasmu, menyetrikanya sampai benar-benar halus dan menyemprotkan sedikit pengharum juga. Membangunkanmu, dan menyiapkan sarapan pagi untukmu. Setidaknya aku ingin membuatmu nyaman ketika hidup bersamaku. Tapi, apa yang kau katakan padaku?


“Kumohon, jangan seperti ini! Aku bisa melakukannya sendiri. Kau tidak perlu mebantuku! Kau hanya perlu mengurus dirimu sendiri. Kau tidak perlu khawatir, aku tetap akan bertanggung jawab dengan semua kebutuhanmu.”


Kim jong woon, aku bukan membantumu… tapi aku mencintaimu~
Inilah wujud rasa cintaku padamu. Tak bisakah kau mengerti? Aku tak membutuhkan imbalan apapun, aku hanya ingin kau membalas perasaanku. Hanya itu, Kim Jong Woon.
***



Saat itu, hujan turun cukup deras. Suara petirpun menggelegar saling bersahutan. Malam sudah sangat larut, tapi kau belum juga pulang. Apakah terjadi sesuatu padamu? Kucoba menghubungimu, tapi ponselmu sama sekali tidak aktif. Karena khawatir, aku menelepon ibumu berharap kau ada disana. Tapi, tidak! Kau tidak ada disana.



Hingga akhirnya...
Aku meminta bantuan Donghae. Tak membutuhkan waktu lama untuk menunggu, dia  langsung datang dengan mobil audynya begitu aku telepon.


“Apa yang terjadi?”

Rautnya terlihat begitu cemas. Aku memintannya  mengantarku, untuk berkeliling mencarimu. Namun belum sempat kami mencarimu, sebuah mobil Renault Samsung SM5milikmu, berhenti tepat didepan mobil donghae yang siap laju. Tak berapa lama, seorang yeoja keluar dari bangku kemudi mobilmu dan berjalan kesisi pintu yang satunya.

“Jong woon?”

Buru-buru aku keluar dari mobil donghae tak kala kulihat yeoja itu memapahmu keluar dari mobil dalam keadaan mabuk.
***



“Tch, apa kau tak bisa mengurusnya dengan baik? Kau sudah merebut jong woon dariku, dan sekarang begitu kau mendapatkan yang seharusnya menjadi milikku, kau malah tak bisa menjagannya. Dasar wanita tak beguna! Jika tak bisa membuatnya bahagia, seharusnya kau tidak menerima perjodohan itu!!!”

“Kau tahu, dia itu tak pernah mencintaimu! Dia benar-benar tak tahan harus hidup dengan wanita yang sama sekali tak dicintainya! kau benar-benar wanita egois. Memikirkan perasaan sendiri dan merugikan nasib orang lain!”

Apa semua itu benar Kim Jong woon? Semua yang dia katakan? Apa benar begitu? Kau menderita jika hidup bersamaku? Seketika aku benar-benar hancur tatkala mendengar pengakuan dari wanita itu, wanita yang seharusnya kau menikahinya jika tidak ada perjodohan ini.

Egois, yah~ aku pikir begitu. Aku bahkan terlalu egois karena rasa cintaku padamu. Terkadang demi cintanya manusia bisa saja merenggut hak orang lain. Dan itulah kesalahan besar yang aku perbuat. Aku sadar akan hal itu. Yang aku inginkan hanyalah kebahagiaan, kau dan juga aku. Tapi, aku malah menghancurkan keduanya. Maafkan aku,
***



“Menangislah! Jangan sok kuat! Tidak apa-apa jika kau tunjukkan kelemahanmu itu padaku. Menangislah! Setidaknya itu akan membuat bebanmu sedikit berkurang!”

“Lee Donghae, aku salahkan? Ini semua salahku! Tidak seharusnya aku egois seperti ini. Aku memang salah!”

“Berhenti menyalahkan dirimu sendiri! Ini semua bukan salahmu. Kau berbuat biginikan karena kau mencintainya, cinta itu milikmu. Kau boleh melakukan apapun terhadap cinta dan tidak ada yang berhak melarangmu. Akupun bisa berbuat sepertimu, jika aku mau!”

Hanya menangis, tak ada yang dapat kulakukan kecuali menangis. Hanya dekapan Lee Donghae yang bisa sedikit membuatku tenang, yang merubah semua kelemahan dan ketakutanku menjadi sebuah ketegaran.

***




Kupapah kau kedalam kamar, bukan dikamar tamu tempat biasa kau tidur, tapi dikamar kita. Tempat dimana seharusnya kau berada. Membuka sepatumu, melonggarkan dasimu, menyiapkan air hangat untuk membasuh tubuhmu dan menggantikan bajumu yang basah karena hujan. Kulakukan semuanya bukan demi menebus kesalahanku, tapi karena ini memang kewajibanku. Memang sudah tanggung jawabku untuk mengurusmu. Bukan karena aku membutuhkan imbalan nantinya, aku melakukan ini semua karena inilah wujud cintaku padamu.
Kubasuh setiap lekuk diwajahmu, dahimu, matamu yang terpejam, hidungmu yang mancung, dagumu, hingga lehermu. Tak akan kulewatkan walaupun hanya setengah milipun. Tanganmu, tubuhmu, hingga ujung kakimu... .


“Terima kasih. Terima kasih untuk semua yang telah kau berikan padaku. Berkat kau, aku tahu banyak tentang  apa itu cinta, apa itu  kebahagiaan, apa itu kesedihan, sakit, keegoisan, dan tanggung jawab. Aku merasa bahagia karena aku mencintaimu, aku merasakan kesedihan juga karena betapa sulitnya mendapatkan cintamu, aku merasakan sakit saat melihatmu menderita akibat keegoisanku. Semuanya kau berikan padaku secara bertahap dan kini aku mulai mengerti… bahwa aku tak bisa memaksamu untuk mencintaiku.”

“Tuhan memang telah menuliskan cerita tentang kisah cintaku. Aku juga sudah menjalankan semuanya sesuai scenario dan kemampuanku. Semua hal telah aku lakukan, kecuali satu... merelakan cinta itu pergi. Aku belum melakukannya.”

“… kau tak perlu khawatir, aku akan bertanggung jawab dengan semua yang telah kuperbuat. Akan kuselesaikan semua cerita cinta ini. Tapi bukan sekarang, biar nanti Tuhan yang menentukan bagaimana akhirnya… Cinta pertamaku~”

Kukaitkan tiap kancing baju yang barusaja aku kenakan padamu. Kukeringkan rambutmu yang basah dan sedikit merapihkannya. Kuselimuti tubuhmu dengan selimut tebal. Aku tak ingin angin malam seenaknya menerobos masuk dan menyentuh kulitmu. Dan ada satu hal lagi yang sangat ingin kulakukan… .

“Kim Jong Woon….”


‘Ijinkan aku menciummu, kali ini saja…’ .
***



Ketika menejelang pagi, aku terbangun karena matahari yang sudah menjumbul keluar dan membiaskan cahaya melalui kaca jendela kamar kita yang sudah terbuka. Kudapati kau yang sudah tidak ada disampingku. Dan kusadari, selimut tebal yang semalam kupakaikan padamu, kini sudah melilit ditubuhku.

Apa kau yang memakaikannya?
 Hal kecil yang menjadi sebuah tanda tanya besar yang sampai saat inipun masih ada didalam otakku.


Aku beringsut dari tempat tidur dan keluar kamar untuk menyiapkan sarapan seperti biasa. Kudapati dirimu yang tengah memakai dasi dan bersiap untuk berangkat kekantor. Kuhampiri dirimu dan mencoba menawarkan bantuan untuk memasangkan dasimu. Tapi seperti biasa, kau selalu saja menolak bantuanku. Lalu kusodorkan segelas susu yang baru saja aku buat untukmu yang mungkin bisa membuat keadaanmu lebih baik. Namun, lagi-lagi kau menolaknya.

“Sebaiknya, kau sarapan dulu. Aku sudah membuatkan pancake untukmu... ."

Tapi, apa jawabanmu untukku?

“Tidak! Kau saja yang makan, aku bisa sarapan dikantor nanti.”

 Dingin,
Taukah? Walaupun kalimat tersebut sangat sederhana, tapi entah kenapa hatiku begitu sakit tiap kali kau mengatakannya. Ya, tiap kali~ selalu begini.

Kim jong woon, apa kau begitu membenciku? Tak bisakah kau berbuat sedikit lebih baik padaku, walaupun hanya sekali? Aku tahu, ini semua memang salahku yang secara tidak langsung telah membuatmu tak mempunyai sebuah pilihan lain selain menikah denganku. Tapi, haruskah seperti ini?

Ini sudah 2  bulan. kenapa sikapmu sama sekali tidak berubah menjadi sedikit lebih baik padaku?
Kukira, semuanya tak akan jadi seperti ini. Seperti cerita-cerita dalam fanfiction, novel, atau drama, awalnya aku mengira akan seperti itu kisahnya. Berakhir dengan kau yang seharusnya mulai terbiasa dengan kehidupan ini, dan akhirnya kita hidup bahagia karena saling mencintai.

Tapi nyatanya tidak! Dikehidupan nyata,ternyata  tidak ada hal yang seperti itu. Mustahil!
Semuanya palsu!

Kau berbalik seraya mengambil jas serta kontak mobilmu dimeja, hendak keluar dan segera berangkat menuju kekantor . Sebelum akhirnya, aku berlari dan memelukmu dari belakang.

Kau terdiam atas perlakuanku yang terjadi secara mendadak itu, bahkan akupun sempat tak sadar dengan apa yang aku lakukan. Tak ada kata yang terucap dari mu, begitu juga aku. Sempat, kau berusaha melepaskan pelukan tanganku pada pinggangmu. Namun, tak kuijinkan kau untuk melepasnya. Bukan karena aku yang tak memperbolehkanmu untuk pergi, hanya saja... aku tak mau kau melihatku yang sedang menangis saat itu dibelakangmu. Walaupun aku tahu, kau pasti juga tak akan peduli.


“…tak bisakah kau perlakukan aku selayaknya istrimu?”


Hanya itu, hanya kata itu yang mampu terucap dari mulutku. Yang aku inginkan hanyalah itu. Hidup bahagia seperti yeoja yang lainnya. Memiliki suami yang sangat dicintai dan juga mencintaiku. Saling berbagi, dan memiliki. Kebahagian yang sangat aku harapkan terjadi padaku. Apa kau bisa mengabulkan permohonan kecilku?

Kau hanya diam tak menjawab pertanyaanku. Detik berikutnya, kau melepaskan pelukanku pada pinggangmu yang mulai melemah. Tak ada kata ataupun jawaban untuk pertanyaan yang aku ajukan padamu. Seolah tak terjadi apa-apa, kau langsung saja pergi tanpa mau menoleh ataupun mengucapkan sepatah katapun padaku yang masih diambang pertanyaan.
***



Malam itu, malam dimana kau dan juga aku diminta untuk menghadiri acara yang khusus diselenggarakan untuk perayaan ulang tahun perusahaan ayah. Kau terlihat tampan dengan balutan kemeja biru muda serta jas hitam yang kau kenakan. Dengan senyum kecil penuh dengan wibawa, kau berdiri didepan sana seraya melontarkan kata-kata sambutan. Semua orang yang menghadiri acara itupun terdengar berbisik-bisik memujimu.

Diakhir sambutanmu, semua orang memberi tepuk tangan dan mengelu-elukanmu.
Kau berjalan dengan tenang kearahku yang sedari tadi hanya mampu berdiri memandangimu ditengah kerumunan para tamu undangan. Kau mulai menyambar tanganku dan mengaitkannya dilenganmu kemudian mengajakku berkeliling seraya berinteraksi dengan para tamu. Aku cukup bahagia karena dihadapan mereka semua dengan bangga kau memperkenalkanku sebagai istrimu.
Seperti mimpi. Ini untuk pertama kalinya, aku benar-benar merasa kau adalah suamiku dan aku adalah istrimu.

Namun, semuanya berakhir tak kala ponselmu berdering. Dalam hitungan detik, wajahmu terlihat berubah panik. Kau melepaskan gandenganku pada lenganmu dan pergi tanpa kata meninggalkanku sendirian ditengah kerumunan banyak orang.

“Yeon woo! Kau dimana sekarang? Kalian sedang tidak ada masalah kan?”

Eun Mi, temanku. Dia meneleponku saat itu. Saat ketika belum lama kau pergi meninggalkanku. Dia bilang, dia melihatmu bersama dengan seseorang di Sebuah Café. Seorang yeoja, yeoja yang kau cintai. Yeoja yang pernah aku bilang belahan jiwamu. Kekasihmu yang sesungguhnya.

Terluka? Ya~ tentu saja terluka. Luka lama yang belum pernah sembuh, kini malah semakin parah saja. Terkadang aku ingin sekali tidak mengetahui hal-hal seperti ini, lebih baik aku tidak mengetahuinya. Sungguh! Aku lebih memilih tidak tahu dan tidak mau tahu tentang hubunganmu dengan yeoja itu yang ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Ini semakin menambah goresan luka dihatiku saja karena aku sadar,  memang sudah tak ada tempat khusus lagi untukku dihatimu.
*


Hanya disini, ditempat ini yang saat itu ada dipikiranku. Tempat dimana ramai penuh sesak dengan orang-orang yang  sedang frustasi sepertiku. Satu persatu gelas yang penuh dengan alcohol kuteguk dengan sekali tarikan nafas. Yah, mungkin aku sudah gila. Memang tidak seharusnya seorang yeoja sepertiku berpikiran dangkal seperti ini. Melampiaskan semua masalah dengan meneguk alkohol apakah akan menyelesaikan masalah?
Tidak! Aku tahu itu, Tapi aku harus apa? Aku harus bagaimana? Aku harus melakukan apa? Aku harus lari kemana? Kepada siapa?

Tidak mungkin kan, aku mengadu kepada Orang tuaku. Itu hanya akan menyusahkan mereka. Aku tidak ingin membuat mereka terluka dengan mengetahui kehidupan pernikahaku yang tak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan dan harapkan. Tidak bisa!
***



“Ya Tuhan~ Yeon Woo! Kau sudah gila??? Apa yang kau lakukan disini, eoh?? Ayo Pulang!!!”

Lee Donghae, entah kenapa ia bisa berada disana saat itu, apa EunMi yang menepleponnya?
Kenapa dia harus datang, kenapa selalu dia yang ada dihadapanku. Kenapa bukan kau, Kim Jong Woon?
Dia memaksaku untuk pulang.

"Shirheo! A...aku... aku tak mau pulang. A...aku masih mau di...sini, jangan paksa aku... ."

 “Yaa, anni! Kita pulang sekarang!”

“Lee Donghae~ jangan paksa aku... . Aku... aku tidak mau pulang. Aku tak bisa membuatnya bahagia... aku tak bisa membuatnya tersenyum… tertawa… aku… aku ini hanya beban yang ditanggungkan padanya~ Dia… tidak bisa bahagia jika hidup denganku… aku tidak mau… . Untuk apa aku pulang~ bahkan, aku yakin dia pasti  juga tak akan peduli padaku… Aku____”


“Kalau begitu, CERAI SAJA!!! Ceraikan dia dan hiduplah denganku!”


Seberapa berat pun aku mabuk, tapi aku masih bisa mendengar kata-kata itu. Kata-kata yang keluar dari mulut Lee Donghae.


“Kau tahu, aku mencintaimu. Sudah sejak lama aku mencintamu. Aku benar-benar terpuruk ketika tahu kau akan menikah dengan Jong Woon, pria idamanmu itu. Aku tahu kau sangat mencintainya, jadi aku berusaha untuk merelakanmu menikah dengannya. Kupikir, kau akan bahagia. Tapi, nyatanya selalu saja ada air mata yang keluar seperti dulu sebelum kau benar-benar memilikinya. Apakah itu bisa dibilang bahagia? Apa kau bahagia hidup dengan pria yang sama sekali tak menganggapmu, ha? Ya, memang  kau telah berhasil mendapatkan priamu! Tapi apa gunanya jika kau tak mampu memiliki hatinya? Buat apa kau terus mempertahankannya Lee yeon woo???”

Kata-kata Lee donghae, yang terus mengiang ditelingaku.

Didalam mobil, tak ada kata yang keluar dari mulut kami. Hanya diam,yang terdengar  hanyalah  alunan  sebuah lagu balad yang mengiringi perjalanan kami.
***



Sebuah  kecupan hangat mendarat lembut dikeningku. Sebuah kecupan perpisahan yang donghae berikan padaku sebelum akhirnya ia pergi dan menghilang ditelan gelapnya malam yang sudah benar-benar larut.
Kujejakkan kakiku kedalam rumah yang memang selalu sepi, seperti tak berpenghuni. Sedikit pusing. Mungkin, karena pengaruh alkohol yang belum hilang. Satu-persatu ruangan aku lewati, benar-benar tak ada suara kecuali pijakan kakiku  pada lantai kayu .

Namun, langkahku terhenti ketika kulihat kau yang tertidur pulas diatas sofa. Masih dengan pakaian yang sama, kemeja berwarna biru muda yang kau kenakan tadi. Kuhampiri dirimu, kau terlihat berantakan dengan rambutmu yang acak-acakan dan peluh yang memenuhi pelipismu.

“Kau kenapa?”

Perlahan, kuusap keringat yang ada diwajahmu. Kulepaskan dasi yang masih melilit dilehermu, dan kucopot sepatu yang masih setia terpasang dikedua kakimu. Kuambil selimut tebal yang ada dikamarmu dan kuselimuti tubuhmu.Tidurlah yang nyenyak suamiku~
***



Sore itu, ketika aku sendirian dirumah dan sedang menanti ke pulanganmu. Tiba-tiba saja bel electric dirumah kita berbunyi. Saat kubuka, dia muncul...

Wanita itu, kekasihmu. Shin hee. Dengan geramnya dan tanpa aba-aba, dia menamparku. Aku sungguh tak tahu alasan apa yang membuatnya datang dan tiba-tiba menamparku. Dia melampiaskan semua kekesalannya padaku. Menarik rambutku dan berulang kali memukuliku.

Dia bilang aku ini adalah pengganggu hubungan kalian. Dia bilang berkali-kali, kalau kau begitu menderita hidup denganku, kalaukau tak mencintaiku, kalau kau begitu muak denganku dan dia menyuruhku untuk segera menceraikanmu.

Kim Jong woon, apakah karena ini alasanmu kemarin menemuinya? Mengadu padanya, kalau kau benar-benar sudah tidak tahan hidup denganku?kau muak denganku?


“Kim Jong Woon, bolehkah aku bertanya sesuatu hal padamu?”


Saat itu, kuberanikan diri untuk menanyakan sesuatu padamu. Sesuatu yang pertanyaan yang sebenarnya sangat aku hindari, karena ku tak ingin mengetahui jawaban menyakitkan yang pasti akan terlontar dari mulutmu itu. 

“Apa kau bahagia dengan pernikahan ini?”

Sekilas, kau memandangku. Terlihat raut shock  diwajahmu ketika kutanyakan hal itu. Namun sebentar, kau kembali mengalihkan pandanganmu pada layar laptop yang sedari tadi menyala.

“Untuk apa kau menanyakannya?”

Dengan nada dingin, kau malah balik bertanya padaku. Sempat aku terdiam atas pertanyaanmu. Aku hanya ingin memastikan. Jawaban singkat yang keluar dari mulutku. Yang kau balas ketus dengan jawabanmu.

“Kau tak perlu tahu~”


Aku perlu tahu Kim Jong Woon, aku perlu! Bahkan sangat memerlukan jawabanmu. Bagaimana bisa aku membuat keputusan jika kau terus bungkam? Aku hanya ingin kau bahagia mulai sekarang? Aku tak ingin membuatmu terus-terusan susah dan hidup penuh dengan kepalsuian seperti ini, denganku. Hanya itu... .

Biarkan aku tahu, apa yang kau rasakan. Jika memang ini yang terbaik, seperti kata wanita itu… jika kau lebih bahagia bersamanya, aku rela melepasmu. Karena aku tahu, semua orang membutuhkan cinta dan juga kebahagiaan.

***



_AUTHOR POV_

Jong Woon menginjakkan kakinya masuk kedalam rumah yang sudah kurang lebih 3 bulan ini ia tinggali bersama dengan Yeon woo. Terlihat sangat sepi.

Diedarkannya pandangannya keseluruh ruangan berharap menemukan sosok yang selalu setia menyambut kedatangannya ketika pulang.
Sambil melonggarkan dasinya, ia menoleh keberbagai sudut dari tempat ia berdiri.

“Kemana dia?”  gumamnya pelan sangat berharap sosok wanitanya itu muncul.

Ia kembali berjalan, melangkah menuju kearah dapur, hendak minum. Dibukanya kulkas duapintu yang selama ini menjadi penghuni tetap didapur. Diambilnya sebotol minuman yang berisi penuh dengan air dingin. Diteguknya habis air itu. Namun, sosok wanitanya belum terlihat juga.

Ia kembali berjalan menuju kemeja makan. Dibukanya tudung saji yang ada disana, dan terpampanglah beberapa jenis masakan kesukaannya yang  sengaja telah disiapkan untuknya.

Didudukinya kursi yang ada disitu. Ia mengambil sendok sup dan mencicipi masakan yeon woo yang selama ini belum pernah ia jamah.

Ah! Tidak! Bukan tidak pernah! Tapi selalu~
Ya, selalu… . Tanpa sepengetahuan Yeon Woo, Jong Woon selalu memakan masakannya walaupun sengaja tak pernah ia habiskan karena terlalu gengsi jika yeon woo tahu bahwa ia telah memakan masakan istrinya itu.

Namun, kegiatannya itu terhenti tatkala ia melihat secarik kertas dan amplop yang ada diatas meja didekatnya.

Diambinya kertas itu, disitu terpampang pesan singkat yeon woo untuk dirinya… .



_Note_

Dulu, tepatnya beberapa tahun yang lalu, ketika aku baru saja masuk di Sekolah Menengah Atas. Aku melihat seorang namja tengil, berwajah tampan. Sunbaeku.

Sejak pertama melihatnya, entah kenapa aku sudah menyukainya. Cara dia berbicara, cara dia tertawa, tersenyum, semuanya. Aku suka, sangat suka.

Setiap hari, tanpa ia tahu aku selalu mengamati tiap hal yang ia lakukan disekolah. yah~ mungkin jika diistilahkan, aku ini seperti seorang penguntit. Aku tahu berbagai hal tentangnya, kebiasaannya, kesukaannya~

Sampai kurang lebih 2 tahun sudah, aku memendam perasaan khusus padanya tanpa berani mengutarakan.


Namun, suatu ketika…tak sengaja aku melihatnya berjalan bersama seorang yeoja. Dia tersenyum padanya, tertawa bersamanya, bercanda… Kau tahu maksudku?
Yah~ aku patah hati kala itu. Aku sadar, ternyata dia adalah pria yang sudah memiliki seorang yeoja.


Tapi, Tuhan berkehendak lain dan malah mempertemukanku padanya dalam ikatan perjodohan. Yah kami menikah! Saat itu, aku senang karena Tuhan mengabulkan keinginan terbesarku. Aku kira, kami akan bahagia dengan pernikahan ini nantinya. Namun ternyata aku salah, aku salah karena bahagia sebelum cerita yang sesungguhnya dimulai. Dia tak suka padaku. Dia selalu bersikap dingin padaku, dia tak tahan hidup terikat bersamaku….  
-----------

Emm, Oppa... maaf .
Karena keegoisanku, kau malah jadi harus menikah dengan wanita sepertiku. Maafkan aku, gara-gara aku juga kau harus putus dengan Shin hee. Menyebalkan bukan, harus hidup denganku? Wanita yang tidak pernah kau harapkan untuk jadi istrimu!

Terima kasih untuk semuanya. Terima kasih karena kau telah mengijinkanku untuk memilikimu sedikit lebih lama. Terima kasih karena kau telah mau bersabar hidup denganku. Mungkin sekarang, sudah saatnya aku untuk membalas semuanya. Sudah saatnya aku untuk melepasmu dari kesengsaraan ini. Kau boleh menceraikanku… aku tidak apa-apa. Kau tinggal lengkapi saja surat perceraiannya. Kemudian, kau bisa menyuruh orang untuk mengirimkannya ke alamat yang aku tuliskan dikertas kecil yang ada di amplop.  

Oh iya, maaf karena aku tak bisa menyambut kedatanganmu hari ini. Maafkan aku, karena aku pergi tak bilang-bilang padamu. Aku hanya takut, jika melihatmu nanti malah membuatku semakin tak bisa melepasmu… maaf!
Hiduplah bahagia dengan Shin hee, aku merestui kalian. Akan lebih senang jika aku dapat melihatmu berbahagia~

Makanlah yang kenyang suamiku, Aku mencintaimu~

Istrimu,
Yeon Woo.



Jong woon bergetar tatkala membaca tulisan tangan yang telah dibuat oleh istrinya itu. Tak kuasa, ia menahan tangisnya. Diremasnya kertas itu kuat-kuat dan dibuang begitu saja. Kemudian diambilnya amplop putih yang ada disitu, tanpa mau membukannya  langsung saja ia merobek amplop itu menjadi 2 bagian.

‘Ting’

Sesuatu berwarna perak dan bulat jatuh dari sana dan menggelinding lalu berhenti tepat dikaki Jong Woon.
Diambilnya benda kecil itu,

Seketika air matanya meluncur dengan deras tak terkendali…
‘Cincin pernikahan Yeon Woo’ dan masih terukir jelas nama Jong woon disana.

 “Kau salah! Kau salah besar Lee Yeon Woo~”

Ucap jong woon sambil menggengam erat cincin itu.
***



Ditempat lain, sesosok yeoja dan namja tengah berdiri memandangi hamparan laut yang berkilauan bagai kristal karena terkena cahaya bulan dimalam hari. Wanita itu duduk sambil memeluk erat kedua lututnya. Matanya masih lurus memandang kedepan.

“Lee Donghae, bawa aku pergi! Kumohon… bawa aku pergi ketempat yang jauh bersamamu~”


Ucap yeoja itu lirih diesertai buliran air mata yang hangat meluncur dari kedua sudut matanya.
Direngkuhnya tubuh yeoja itu, mencoba membagi sebuah kekuatan yang ia miliki untuknya.

“Ne~” jawabnya seraya tersenyum simpul.

=THE END=


Tidak ada komentar:

Posting Komentar