Jumat, 02 Agustus 2013

Love Really Hurt

Title     : Love Really Hurt
Genre  : Sad Romance
Length : Ficlet
Cast     : Kim Jong Woon, Park Min Ji


AUTHOR POV

Angin malam yang berhembus pelan membuat rambut ikal seorang gadis yang sedang duduk di bangku taman itu tampak bergoyang-goyang. Ia menerawang jauh ke langit Seoul yang sedang dipenuhi benda berkelap-kelip sehingga menambah keindahan kota Seoul.

“Malam yang indah.” Gumam gadis yang bermarga Park tersebut. Bukan tanpa alasan ia duduk sendirian di taman itu. Ia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang sudah sangat lama  mengisi kehampaan hatinya. Seseorang yang berhasil membuat Ia kembali tersenyum. Seseorang yang sangat berarti baginya.

“Ji.” Gadis itu menoleh ke sumber suara. Suara yang sangat ia kenali. Suara yang beberapa tahun ini selalu mengalun lembut di telinganya. Kim Jong Woon. Ia baru saja pulang dari negeri Paman Sam setelah satu tahun berkutat demi gelar kependidikannya.
“Oppa!” jawab Ji parau. Ia mengahambur ke dalam pelukan pria bermata sipit itu. Pelukan yang sangat ia rindukan. Pelukan yang ternyaman pikir Min Ji.

“Aigoo, oppa sangat merindukanmu, gadis pendek.” Jong Woon mengacak-acak ujung kepala Min Ji yang membuat gadis itu mem-poutkan bibirnya.
“Oh, maaf ya Oppa, tapi aku tidak merindukanmu.” Jong Woon membulatkan matanya seketika mendengar kalimat yang diucapkan gadis dihadapanya.
“Yak! Katakan sekali lagi huh!”
“Aku tidak merindukanmu Ahjussi sipit.” Min-Ji berlari meninggalkan pria yang baru saja dibuatnya kesal, takut jika ia akan dimakan olehnya -_-
“Yaak! Jangan lari kau Ji! Awas kau ya!” Kini Jong Woon pun berlari mengejar Min Ji yang sudah kabur terlebih dahulu. Mereka berkejaran kesana kemari layaknya film bollywood -_-


Kim Jong Woon POV

Aku bersembunyi di balik pohon besar. Membiarkan ia berlari sendirian. Biar saja ia mencariku. Haha kau kejam Jong Woon.
“Jong Woon Oppa? Ya! Kau di mana huh? Oppa?”
Samar-samar aku mendengar ia memanggil-manggil namaku. Ia pasti sedang kebingungan. Ais, salah siapa kau membuatku kesal Park Min Ji.
“Oppaa, kau meninggalkanku sendirian oh? Oppa jawab aku! Aiss” Aku mendengar langkah kakinya mendekat ke arahku.
Tap, tap, tap

Greeppp!
Aku memeluk erat wanita yang baru saja ku kerjai. Erat. Sangat erat. Menyalurkan kerinduan yang sudah ku pendam dan hampir mati karena merindukannya.  Menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya. Aroma yang ku rindukan selama setahun ke belakang. Aku rasa ia hanya mematung atas perlakuanku. Aku semakin mengeratkan pelukanku. Aku sangat merindukannya. Tidak bertemu sehari saja rasanya  sudah membuatku kelabakan(?) Apalagi tidak bertemu selama setahun. Kau benar-benar membuatku gila tanpamu Min Ji-ah. Perlahan ku lepaskan pelukanku.  Aku menatap matanya yang ku kira juga menyiratkan kerinduan yang mendalam.

“Aku mencintaimu Ji. Aku sangat mencintaimu.” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku. Kata-kata yang selama ini aku tahan. Kata-kata yang selama ini aku sembunyikan dari siapapun juga. Dan kini, kini aku sudah membukanya.
Ia hanya diam mendengar kalimatku yang baru saja ku katakan. Aku masih menatap mata coklatnya. Mencoba mencari jawaban darinya.
Ia tetap terdiam. Matanya memerah. Tak berapa lama kemudian cairan bening terjatuh dari kedua sudut matanya.
Astaga, apa aku salah mengatakan hal seperti itu? Jong Woon kau begitu bodoh. Seharusnya kau tak mengatakan hal seperti itu. Aku hanya bisa merutuki kebodohanku.

“Mianhae Oppa, mianhae. Aku tau, tapi aku tak bisa” Perasaan sesak tiba-tiba menyerangku begitu saja setelah mendengar jawaban darinya. Seolah oksigen menghilang dari sekitarku. Hati ku  bagai terhujam ribuan pisau. Sangat sakit mendengar kata-kata itu dari wanita yang sangat ku cintai.

“Waeyo?”
“Aku, aku sudah menjadi milik orang lain Oppa.” Aku melihat air matanya kini mengalir deras. Ia menundukan kepalanya. Aku kembali memeluknya. Mencoba memberi rasa nyaman padanya walaupun aku sendiri merasa seperti sudah hancur dibuatnya. Ia membalas pelukanku.
“Mianhae Oppa.” Ia kembali mengucapkan kata yang menurutku cukup menyakitkan. Kemudian melepas pelukanku.
“Tak perlu meminta maaf. Kau tidak salah Ji.” Aku masih mencoba terlihat baik-baik saja di depanya walaupun sebenarnya mata air ini sudah mendesak keluar dari mataku. Biarlah. Mungkin memang Tuhan punya rencana lain untukku. Yang terpenting aku akan tetap mencintaimu. Meskipun aku tau, cintamu untuk yang lain. Tak apa, tetaplah cintai kekasihmu itu. Aku akan baik-baik saja. Semoga. Tak apa kau tak mencintaiku. Melihatmu bahagia aku pun bahagia. Semoga. Walaupun, menyakitkan. Tetaplah tersenyum untukku. Aku akan tetap mencintaimu sampai Tuhan merubah scenario yang sedang ku hadapi ini.


-END-