Rabu, 14 Agustus 2013
Jumat, 02 Agustus 2013
Love Really Hurt
Title : Love Really
Hurt
Genre : Sad Romance
Length :
Ficlet
Cast : Kim Jong Woon,
Park Min Ji
AUTHOR POV
Angin
malam yang berhembus pelan membuat rambut ikal seorang gadis yang sedang duduk
di bangku taman itu tampak bergoyang-goyang. Ia menerawang jauh ke langit Seoul
yang sedang dipenuhi benda berkelap-kelip sehingga menambah keindahan kota
Seoul.
“Malam yang indah.”
Gumam gadis yang bermarga Park tersebut. Bukan tanpa alasan ia duduk sendirian
di taman itu. Ia sedang menunggu seseorang. Seseorang yang sudah sangat
lama mengisi kehampaan hatinya.
Seseorang yang berhasil membuat Ia kembali tersenyum. Seseorang yang sangat
berarti baginya.
“Ji.” Gadis itu
menoleh ke sumber suara. Suara yang sangat ia kenali. Suara yang beberapa tahun
ini selalu mengalun lembut di telinganya. Kim Jong Woon. Ia baru saja pulang
dari negeri Paman Sam setelah satu tahun berkutat demi gelar kependidikannya.
“Oppa!” jawab Ji
parau. Ia mengahambur ke dalam pelukan pria bermata sipit itu. Pelukan yang
sangat ia rindukan. Pelukan yang ternyaman pikir Min Ji.
“Aigoo, oppa sangat
merindukanmu, gadis pendek.” Jong Woon mengacak-acak ujung kepala Min Ji yang
membuat gadis itu mem-poutkan bibirnya.
“Oh, maaf ya Oppa,
tapi aku tidak merindukanmu.” Jong Woon membulatkan matanya seketika mendengar
kalimat yang diucapkan gadis dihadapanya.
“Yak! Katakan sekali
lagi huh!”
“Aku tidak
merindukanmu Ahjussi sipit.” Min-Ji berlari meninggalkan pria yang baru saja
dibuatnya kesal, takut jika ia akan dimakan olehnya -_-
“Yaak! Jangan lari kau
Ji! Awas kau ya!” Kini Jong Woon pun berlari mengejar Min Ji yang sudah kabur
terlebih dahulu. Mereka berkejaran kesana kemari layaknya film bollywood -_-
Kim Jong Woon POV
Aku bersembunyi di
balik pohon besar. Membiarkan ia berlari sendirian. Biar saja ia mencariku.
Haha kau kejam Jong Woon.
“Jong Woon Oppa? Ya!
Kau di mana huh? Oppa?”
Samar-samar aku
mendengar ia memanggil-manggil namaku. Ia pasti sedang kebingungan. Ais, salah
siapa kau membuatku kesal Park Min Ji.
“Oppaa, kau
meninggalkanku sendirian oh? Oppa jawab aku! Aiss” Aku mendengar langkah
kakinya mendekat ke arahku.
Tap, tap, tap
Greeppp!
Aku memeluk erat
wanita yang baru saja ku kerjai. Erat. Sangat erat. Menyalurkan kerinduan yang
sudah ku pendam dan hampir mati karena merindukannya. Menghirup dalam-dalam aroma tubuhnya. Aroma
yang ku rindukan selama setahun ke belakang. Aku rasa ia hanya mematung atas
perlakuanku. Aku semakin mengeratkan pelukanku. Aku sangat merindukannya. Tidak
bertemu sehari saja rasanya sudah
membuatku kelabakan(?) Apalagi tidak bertemu selama setahun. Kau benar-benar
membuatku gila tanpamu Min Ji-ah. Perlahan ku lepaskan pelukanku. Aku menatap matanya yang ku kira juga
menyiratkan kerinduan yang mendalam.
“Aku mencintaimu Ji.
Aku sangat mencintaimu.” Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulutku.
Kata-kata yang selama ini aku tahan. Kata-kata yang selama ini aku sembunyikan
dari siapapun juga. Dan kini, kini aku sudah membukanya.
Ia hanya diam
mendengar kalimatku yang baru saja ku katakan. Aku masih menatap mata
coklatnya. Mencoba mencari jawaban darinya.
Ia tetap terdiam. Matanya
memerah. Tak berapa lama kemudian cairan bening terjatuh dari kedua sudut
matanya.
Astaga, apa aku salah
mengatakan hal seperti itu? Jong Woon kau begitu bodoh. Seharusnya kau tak
mengatakan hal seperti itu. Aku hanya bisa merutuki kebodohanku.
“Mianhae Oppa,
mianhae. Aku tau, tapi aku tak bisa” Perasaan sesak tiba-tiba menyerangku
begitu saja setelah mendengar jawaban darinya. Seolah oksigen menghilang dari
sekitarku. Hati ku bagai terhujam ribuan
pisau. Sangat sakit mendengar kata-kata itu dari wanita yang sangat ku cintai.
“Waeyo?”
“Aku, aku sudah
menjadi milik orang lain Oppa.” Aku melihat air matanya kini mengalir deras. Ia
menundukan kepalanya. Aku kembali memeluknya. Mencoba memberi rasa nyaman
padanya walaupun aku sendiri merasa seperti sudah hancur dibuatnya. Ia membalas
pelukanku.
“Mianhae Oppa.” Ia
kembali mengucapkan kata yang menurutku cukup menyakitkan. Kemudian melepas
pelukanku.
“Tak perlu meminta
maaf. Kau tidak salah Ji.” Aku masih mencoba terlihat baik-baik saja di depanya
walaupun sebenarnya mata air ini sudah mendesak keluar dari mataku. Biarlah.
Mungkin memang Tuhan punya rencana lain untukku. Yang terpenting aku akan tetap
mencintaimu. Meskipun aku tau, cintamu untuk yang lain. Tak apa, tetaplah
cintai kekasihmu itu. Aku akan baik-baik saja. Semoga. Tak apa kau tak
mencintaiku. Melihatmu bahagia aku pun bahagia. Semoga. Walaupun, menyakitkan. Tetaplah
tersenyum untukku. Aku akan tetap mencintaimu sampai Tuhan merubah scenario
yang sedang ku hadapi ini.
-END-
Langganan:
Postingan (Atom)